Jadi Penyiar Radio = siap punya Gaji Kecil. Benarkah ?

listening-babe

 

Heu, miris banget ya judulnya. Bukan maksudnya nakut-nakutin sih, tapi pernyataan di atas sesuai banget sama pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan pada saya sekian waktu lalu dari para pemagang yang sempat kerja bareng di radio tempat saya siaran.

Memangnya berapa, sih gaji atau honor seorang penyiar radio ? Sebegitu kecilkah penghasilannya sampai-sampai ada cerita tentang orang tua yang memaksa anaknya untuk putus hubungan dengan pacarnya yang penyiar radio? 

Sebetulnya kembali ke radio tempat sang penyiar itu bernaung, sih. Kalau radionya memang berpenghasilan tinggi dari pendapatan iklan dll per bulannya, maka tentunya hal ini akan berimbas pada tebal tipisnya dompet para penyiar radionya. Dan sebaliknya, kalau radio tempat sang penyiar bercuap-cuap di udara adalah radio yang bisa mendapatkan  maksimal 10 juta  per bulan misalnya, bisa dibayar full tanpa menunggak saja sudah alhamdulillah, lho.

Iya, menunggak. Ada lho, radio yang nggak bisa bayar penyiarnya dengan normal per bulan pas tanggal gajian sesuai kesepakatan. Masalahnya ya itu, target marketing tidak terpenuhi, sehingga pendapatan perusahaan mengalami kemacetan. Apalagi jika biaya produksi tidak terpenuhi. Gawat deh. Penyiar radio yang seharusnya jadi corong utama untuk menjaring rupiah, malah jadi gardan terakhir alias pembayarannya ditunda.

Tapi  memang, situasinya berbeda kalau penyiar radio bertugas di radio yang mapan, di kota besar, dengan side job berlimpah dan lingkungan pergaulan yang membuatnya terlihat dan terkesan BU—bukan butuh uang, tapi BANYAK UANG. Cerita suksesnya banyak. Mulai dari si A sampai si Z. Dari mulai siaran di radio sampai punya acara TV sendiri, semua dijabanin. Bagus lah peruntungannya kalau begitu. Tapi nggak kalah banyak juga yang cuma jadi penyiar sekilas doang di radionya, dengan berbagai alasan. Mulai dari kurang gaul, sok idealis, sampai nggak dekat dengan kru lain dan nggak bisa njilat atasan 😀

Naaa, sekarang cerita dari sisi saya, nih. Pernah juga  mengalami nggak dibayar alias diutangin sama radio tempat saya siaran karena perusahaan nggak ada pemasukan yang cukup. Jadilah kami ini gigit jari dan gigit kaset 😀 Tapi karena masih ada asupan uang saku dari orang tua yaaa nggak masalah lah. Waktu itu kira-kira honor saya 75 ribu, masbroh/mbaksis, hihi. Lumayan lah buat beli baju satu sama jajan-jajan mah. Punya penghasilan yang asoy juga pernah laaa di masa kejayaan, hehe. Nggak bolehlah lupa terhadap jasa-jasa perusahaan yang pernah membesarkan nama kita #‎curcol

Untuk newbie yang berniat untuk menjadi penyiar radio, memang, sih, kalau udah sukaaaa banget sama dunia radio, mau dibayar atau enggak terkadang nggak jadi masalah ya. Jadi masalah kalo pas dateng BU —naaa, kalo yang ini artinya lagi Butuh Uang, hehe. Honor tidak diterima tepat pada hari H pastinya malah bikin morang-maring. Kalau pemasukan dari jalan lain seperti nge-MC, dubbing/voice over, dll bisa diandalkan, ya jalan terouuss.

Sementara penghasilan penyiar radio rata-rata dibayar per jam. Jadi kalau doi dibayar 10ribu per jam, tinggal dihitung saja berapa banyak yang doi dapat per bulannya jika doi siaran setiap hari perbulan dengan jatah siaran  3 jam selama 5 hari seminggu. Itu jika si penyiar adalah penyiar reguler. Jika dia adalah penyiar tamu, misalnya hanya siaran di jam khusus seminggu sekali atau sejam sehari —biasanya acara keagamaan/olahraga/kesehatan, jumlahnya agak lebih besar per jamnya, namun hitungannya tetap hanya sekian jam saja dalam sebulan.

Baca ini juga, yuk :

Membuat Surat Lamaran dan CV Penyiar Radio

Berminat Jadi Penyiar Radio? Wujudkan!

So, jangan cuma nilai kerennya aja yaaaa. Heu, banyak newbie yang berpikiran enaknya dulu ketimbang nggak enaknya. Tapi, iya juga, sih, banyak enaknya, hehe.

Mau jadi presenter TV, MC kondang maupun MC kondangan, Dubber/VO, dan berbagai profesi lain bisa jadi jalan pemasukan tambahan kalau penyiar tersebut pintar memanfaatkan link dan segala sesuatunya. Tapi jangan lupa etikanya, jangan sikut sana-sini demi keuntungan pribadi dan Halal ya, kakakkkkkk^^

Balik lagi ke niat awal deh, ya. Kalo memang pingin jadi Penyiar Radio, siap juga dengan enak dan enggak enaknya. Dan efek lain yang siap membuntuti. Popularitas adalah salah satunya. Meskipun enggak ngetop-ngetop amat, tapi kalau ada yang kenal berawal dari cuap-cuap di udara ya bagus atuh. Nambah teman, nambah sodara, nambah rejeki juga. Dan rejeki  nggak selalu berarti materi. Bisa jodoh sekalipun, hehe.

Intinya, berapapun upahnya, kalau kita berniat menjalani sebuah profesi–profesi apapun itu, jalanilah dengan sungguh-sungguh. Karena, ingat kata pepatah : Rajin Pangkal Pandai. Nah loh^^
-W-


12 thoughts on “Jadi Penyiar Radio = siap punya Gaji Kecil. Benarkah ?

    1. hehe, iya, mbak Sari…beginilah cerita penyiar radio di daerah. kalo di kota besar macam Jakarta pasti lebih wow, dong, harusnya. Btw, makasi udah mampir, mbakkuuu^^ kejatuhan bulan ni saya, hehe

      Like

  1. sis nengwind boleh tahu gak perbandingannya antara penyiar sekarang tahun 2010-an dan penyiar jaman dulu ya sekitar tahun 90-an kebelakang, bagimana sedikit banyak lebih detail-nya

    Like

  2. Hai indra wb,

    tulisan saya di atas berkaitan dengan honorarium atau pendapatan seorang penyiar sesuai dengan pengalaman saya. Detail dalam hal apa lagi yang kira2 bisa saya share?

    Trims sudah mampir yaa^^

    Like

  3. saya dulu kepengen bgt jadi penyiar radio tapi ortu nyuruh ikut tes cpns, nggak kesampaian deh.

    Salam kenal ya, saya enny yang komen di grup fb KEB untuk saling bw ^^

    Like

    1. Ada teman saya yg ceritanya mirip Mbak Enny, lho. Tapi akhirnya cita-cita itu kesampaian juga, ketika ada tugas dinas untuk sosialisasi program di radio dan dia ditunjuk oleh atasan untuk jadi nara sumber talkshow. begitu pun, doi udah seneng banget, hehehe

      Like

Leave a comment